Halaman
Cerpen, Hikayat, dan Drama
247
Pelajaran ini merupakan kelanjutan dari pelajaran sebelumnya. Pada pelajaran
ini Anda tidak hanya belajar menganalisis pementasan drama, belajar menulis,
mementaskan drama, tetapi juga mengidentifikasi komponen-komponennya.
Selain itu, Anda belajar membandingkan naskah hikayat dengan cerpen serta
menulis cerpen berdasarkan realita sosial.
Pelajaran 20
Cerpen, Hikayat, dan
Drama
Kemampuan Bersastra
Sumber:
blogger. com; sangkanparan.files.wordpress.com
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
248
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menganalisis pementasan drama berkaitan
dengan isi, tema, dan pesan.
Menganalisis Pementasan Drama
Pada pelajaran terdahulu Anda telah belajar melakukan analisis atas lakon. Anda telah
mengetahui bahwa pementasan selalu menyuguhkan lakon dan seni pertunjukan. Hakikat
lakon adalah cerita. Di dalam lakon tersirat pokok permasalahan yang dihadapi pelaku-pelakunya
dan amanat yang disampaikan kepada penonton. Permasalahan dan amanat pada setiap
pementasan hanya dapat dipahami jika penonton melakukan analisis.
Uji Kompetensi 20.1
Tontonlah tayangan drama atau sandiwara di televisi! Kemudian, rumuskan permasalahan
yang dihadapi pelaku-pelakunya dan amanat drama tersebut. Analisislah apakah permasalahan
dan amanat itu relevan dengan kehidupan masa kini atau tidak, bermanfaat bagi penonton
atau tidak,menarik atau tidak, dan lain-lain! Hasil analisis Anda cukup Anda cantumkan pada
format Hasil Analisis. Formatnya, terserah Anda. Namun, format pada pelajaran terdahulu
dapat Anda gunakan.
B. Berbicara
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat memerankan tokoh drama atau penggalan
drama
Memerankan Tokoh Penggalan Drama
Pada Pelajaran 7 Anda telah berlatih mementaskan drama
Diam
. Masih ingat, bukan?
Pada kegiatan itu Anda berusaha sungguh-sungguh untuk menghidupkan naskah di atas
panggung. Apabila Anda masih belum puas, itu wajar. Tak ada gading yang tak retak, kata
pepatah.
Tanpa rajin berlatih dalam pementasan drama, atau film, maka tidak akan memuaskan.
Bagaimanapun hebatnya seorang aktor, ia selalu membaca naskah, melakukan latihan
blocking, latihan melakukan adegan yang sukar atau khas, dan lain-lain latihan.
Cerpen, Hikayat, dan Drama
249
Uji Kompetensi 20.2
Bagilah kelas Anda menjadi beberapa kelompok. Tugas kelompok adalah mementaskan naskah
berikut di dalam kelas! Tentukan sutradara, para pemain, kru, dan hal-hal yang harus disiapkan!
Selama pentas, Anda juga bertindak sebagai penilai.
Rama Bargawa
Oleh D. Jayakusuma
Pentas depan dan belakang menjadi terang dibarengi nyanyian anak-anak yang gembira.
Rama bargawa duduk di tengah. Serombongan anak-anak, laki-laki, perempuan, muncul sambil
menyanyi.
01 Anak-anak
: Siapa takut jangan ikut, siapa ikut harus nurut, siapa nurut tidak ngebut,
siapa ngebut tidak kentut, siapa kentut pergi sudut, tidak kentut sakit
perut, jadi kentut itu patut. Ha ha ha ........
02 Rama Bargawa : Diam! Kur
ang ajar. Ayo bubar!
03 Anak-anak
: Kurang ajar. Ayo bubar, (
Nyanyi
) tidak bubar kena tampar, main tampar
bikin onar, bikin onar tidak benar.
04 Rama Bargawa :
Diam! Anak setan!
05 Anak A
: Anak setan makan ketan (
Nyanyi
).
06 Anak B
: Makan ketan sama ikan (
Menyanyi
).
07 Rama Bargawa : Mau pergi t
idak? (
Angkat kapak. Anak-anak buyar membagi ke dalam
dua kelompok
).
08 Kelompok
I
: Mau pergiiiii?
09 Kelompok II
: T
idaaaak.
10 Kelompok I
: Mau k
apaaaak?
11 Kelompok II
: T
idaaaak.
12 Kelompok I
:
Mau salaaaak?
13 Kelompok
II
: Enaaaak (
Lari menggabung dengan kelompok
I
).
14 Anak-anak
: Kita m
andiii. Mariiii!
15 Rama Bargawa : M
andi nanti, sekarang kemari!
16 Anak I
: Awas hati-hati!
17 Anak II
: Hati-hati, dia licik.
18 Anak III
: Dia penculik.
19 Anak IV
: (
Berbisik
) Sedia batu!
(Anak-anak pungut batu, pelan-pelan mereka mendekat. Bargawa taruh kapaknya di
sampingnya, anak-anak taruh batu di tanah.)
20 Rama Bargawa : K
alian anak siapa?
21 Anak I
: Anak bapak.
22 Anak II
: Anak emak.
23 Anak III
: Anak orang.
24 Anak IV
: Paman anak siapa?
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
250
Hikayat Hang Tuah
Sebermula maka tersebutlah
perkataan Hang Tuah, anak Hang
Mahmud, tempat duduknya di Sungai
Duyung.
Maka segala orang, yang duduk
di Sungai Duyung itu pun mendengar
kabar raja di Bintan itu terlalu baik
budi pekertinya dengan tegur
sapanya akan segala rakyat. Apabila
Hang Mahmud menengar
1
kabar itu,
maka kata Hang Mahmud pada
bininya yang bernama Dang Merdu
itu, “Ayo, tuan, baiklah kita pergi ke
Bintan, negeri besar, lagi pun kita ini
tiga beranak sangat miskin, baiklah
kita pergi pindah ke Bintan, supaya
mudah kita mencahari makan.”
25 Rama Bargawa : Aku y
ang tanya.
26 Anak I
: Masa kita tidak boleh tanya.
27 Rama Bargawa : Aku Rama Bar
gawa.
Anak-anak kaget, mundur, pungut kembali batu mereka, bersiap-siap.
Taufiq Ismail dkk,
Horison Sastra Indonesia 4
C. Membaca
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat membandingkan naskah hikayat dengan
cerpen
Membandingkan Hikayat dengan Cerpen
Dalam membandingkan naskah hikayat dengan cerpen, Anda harus membacanya,
menemukan kesamaan-kesamaannya dan menemukan perbedaan-perbedaannya.
Uji Kompetensi 20.3
1. Baca dan bandingkan penggalan hikayat dan cerpen berikut!
Penggalan Hikayat
Penggalan Cerpen
Vickers Jepang
Cerpen Nugroho Notosusanto
Pada suatu malam yang kuyub
dengan hujan, aku pulang dari sebuah
rendez-vous yang hangat dan
romantis. Sepedaku merek “Phlllip”
bikinan Surabaya, keadaannya sudah
payah benar. Selain jalannya
begoyang-goyang karena rodanya
tidak lurus, rantainya berbunyi pula
membikin lagu yang tidak nyaman. Air
hujan merayap masuk via leher baju
dan merembes ke dalam via jas hujan
“Swan” kualitas Rp90,- yang tidak
waterproff 100%. Dengan sebal aku
menyenandungkan lagu “Titik-titik
Hujan di atas genting ...” menirukan
adikku dari SR kelas I.
Cerpen, Hikayat, dan Drama
251
Maka sahut Dang Merdu, “Benar-
lah seperti bicara tuan hamba itu!
”Maka pada malam itu Hang
Mahmud bermimpi, bulan turun dari
langit. Maka cahayanya penuh di atas
kepala Hang Tuah itu. Maka Hang
Mahmud pun terkejut daripada tidurnya,
lalu bangun. Maka diribanya akan
anaknya Hang Tuah itu, lalu diciumnya
seluruh tubuhnya seperti bau narwastu.
Setelah hari siang maka segala
mimpinya itu semuanya dikatakan-
nya pada anaknya dan isterinya.
Setelah didengar oleh ibu Hang Tuah
kata suaminya itu, maka anaknya itu
pun segera dilangirinya dan dimandi-
kannya. Setelah sudah maka
diberinya kain dan baju dan destar
serba putih, lalu diberinya makan
nasi kunyit dan telur ayam dan
memberi arwah akan segala orang
tua-tua dan disuruh bacakan doia
selamat. Setelah sudah maka
dipeluk, diciumnya akan anaknya itu.
Maka kata Hang Mahmud pada
bininya, “Adapun anak kita ini peliha-
rakan baik-baik, jangan diberi bermain
jauh-jauh, karena ia sangat nakal.
Hendak pun kuserahkan mengaji,
mualim pun tiada. Lagi pula ia tiada
tahu bahasa. Akan sekarang baiklah
kita pindah ke Bintan, karena negeri
besar, mualim pun banyak di sana.”
Maka kata bininya, “Jikalau
demikian, maka marilah kita berleng-
kap dan bersimpan segala kulakasar
kita.”
Maka Hang Mahmud pun ber-
lengkaplah, lalu berlayar menuju
Bintan. Dengan tiada berapa lamanya
maka sampailah ke Bintan, maka ia
pun berbuat rumah hampir dengan
kampung bendahara Paduka Raja.
Maka Hang Mahmud pun berkedai
mekanan, di kedainya itu dijualkannya.
Dari M.G. Emeis,
Bunga Rampai Melaju
Kuno
Kota Jakarta di bilangan Bungur
Besar kalau malam jam 10.00 dan
hujan begini, menimbulkan bayangan-
bayangan yang mengejutkan hati
seorang laki-laki normal. Karena aku
masuk laki-laki normal, aku berusaha
mengatasi bayangan-bayangan
seram itu dengan khayalan-khayalan
yang nikmat-nikmat. Memang situasi
ibukota pada tahun 1951 belum sea-
man tahun 1954, dan jam-malam juga
masih ada pada jam 1.00.
Di dekat emplasemen stasiun
Senen, gelapnya seperti di dalam
terowongan kereta api. Suara orang
tidak ada di dalam gerbong-gerbong
yang berserakan di atas rel. Penjual
sate madura dan kue putu juga pada
lenyap. Jalanan sepi seperti kuburan.
Tiba-tiba aku kaget seperti di
dalam mimpi. Karena gerak refleks,
setir sepeda goyang, roda-roda yang
kendor tambah oleng dan rem depan
tanpa aku rem, mengerem sendiri.
Dengan kutukan jahanam aku berdiri
ke dalam comberan yang dingin.
Segala keributan itu hanya karena
ada kucing menyeberangi jalan.
Seketika itu juga aku insaf, bahwa
hujan agak reda. Lain daripada itu di
kejauhan ada sebuah tiang lampu
kelap-kelip melegakan hati yang
gelap dingin seperti suasana. Karena
hal-hal yang menyenangkan itu,
hatiku jadi besar. Dengan sadistis
sepeda kukayuh cepat-cepat,
meskipun ratapnya tak karuan.
Tapi kegelapan seolah-olah
enggan melepaskan aku. Karena
lampu itu masih jauh juga. Setiap ada
simpang menganga, dingin dalam
hatiku bertambah sejuk. Rumah-
rumah di tepi jalan tertutup rapat-rapat
dan hitam oleh ketiadaan cahaya.
Aku mengayuh terus cepat-cepat,
damba akan lampu jalan.
Dari Nugroho Notosusanto,
Tiga Kota
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
252
2. Jelaskan perbedaan hikayat dan cerpen jika ditinjau dari kurun waktu penciptaannya,
pengarangnya, latarnya, tokohnya, bahasanya, dan panjang-pendeknya cerita!
D. Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengarang cerpen berdasarkan realita
sosial
Mengarang Cerpen Berdasarkan Realita Sosial
Pada pelajaran terdahulu Anda telah belajar menyusun cerpen yang mencerminkan realita
kehidupan sosial. Kini kegiatan serupa kita ulangi kembali. Cerpen memang khayali. Tidak
berarti cerpen lepas dari realita. Justru sebaliknya, cerpen harus mencerminkan realita
kehidupan sosial, bukan khayalan semata.
Uji Kompetensi 20.4
Susunlah sebuah cerpen yang mengisahkan realita kehidupan. Anda boleh mengisahkannya
dari sudut pandang orang pertama, boleh dari sudut pandang orang ketiga. Tema, topik, dan
panjang cerpen tidak dibatasi.
E. Ada Apa dalam Sastra Kita
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengidentifikasi komponen kesastraan
dalam teks drama
Mengidentifikasi Komponen Drama
Pada pelajaran terdahulu kita telah mengidentifikasi komponen teks drama. Di bawah
judul drama sering dicantumkan jumlah babak, dramatic person, stage direction, setting, dan
dialog.
Drama memiliki unsur intrinsik tema, alur, pelaku, dan latar. Semuanya disajikan melalui
dialog. Melalui dialog pula konflik disajikan. Tanpa konflik, dialog tidak akan membangun
sebuah drama.
Pelaku dalam drama dapat dipilah atas pelaku
protagonis,
pelaku
antagonis
, dan pelaku
tritagonis
. Mengenai hal ini, Anda telah mengetahuinya, bukan?
Cerpen, Hikayat, dan Drama
253
Dialog dalam drama modern umumnya berbentuk prosa. Lepas dari bentuknya, dialog
memiliki berbagai fungsi, seperti (1) mengemukakan persoalan secara langsung, (2)
menjelaskan watak pelaku-pelakunya, (3) mendorong plot bergerak maju, dan (4) membuka
fakta.
Latar dalam drama umumnya hanya menyangkut tempat dan waktu. Selain memberi
warna pada alur, latar juga berfungsi memperkuat perwatakan.
Uji Kompetensi 20.5
1. Jelaskan yang menjadi pokok pembicraan dalam penggalan berikut!
Dr.
Gun : Buat apa disinggung-singgung yang lalu, Ayu?
Rahayu : Ya, aku bukan
gadis lagi. Supaya Dokter jangan lupa (
demi melihat muka
Dokter Gun kurang merasa enak itu, ia meneruskan
). Alla. Lihatlah takutnya
lagi dr. Gun pada perbuatannya sendiri.
Dr. Gun : Kuharap kau menutup mulutmu itu, Ayu!
Rahayu : (
sebagai orang kemasukan
) Dan bibit nyawa itu Dokter gugurkan dengan
rahasia. Rahasia antara kita berdua saja. O, aku masih budak kecil waktu itu,
masih hijau.
2. Jelaskan fungsi dialog dalam penggalan drama berikut!
Anak : Pandang mata saya akan selalu terganggu selama Cindil masih ada. Bahkan
juga pandang mata saya dalam angan-angan saja.
Ibu
: Demikian mendalam bencimu kepadanya?
Anak : Tujuh tahun lewat saya berharap, segalanya memang telah berakhir. Tak ada lagi
dendam antara keluarga kita dengan keluarga Kunting. Nyatanya apa yang terjadi,
Bu? Supriatmi dibuat malu. Tapi kalau batas tanah kita digeser ke barat, dikurangi.
Ibu
: Demi ketenteraman, kurelakan semua itu.
Anak : Saya tidak dapat menerima! Ayah yang sudah di dalam tanah difitnah mempunyai
hutang di mana-mana. Juga hutang kepadanya. Ratusan ribu rupiah katanya.
Tanah pekarangan yang kita tempati ini telah pula dijual kepadanya. Begitu katanya.
Mana buktinya? Ibu pernah melihat buktinya? (
merenung sebentar
) Seolah-olah
kita hanya menumpang. Karena belas kasihan Cindil. Betapa hina.
Dari Arsyad, Maidar G., dkk.,
Materi Pokok Kesustraan II
3. Perhatikan penggalan drama berikut!
29. Wongsokariyo
: (
Terdengar teriakannya, kemudian muncul barlari tergesa-
gesa; bingung tetapi gembira
) Pak Luraaaaah. Pak
Luraaaaah, saya telah membunuh oraaaaaaang. Pak Lurah,
saya telah membunuh orang. Hebat Pak Lurah orang itu bisa
saya bunuh.
30. Lurah/Jagabaya/Carik : A
pa? Kau telah membunuh orang?!
31. Wongsokariyo
: E
dan saya telah membunuh orang! Edan! Orang itu bisa
saya bunuh sendiri, tanpa bantuan siapa pun.
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
254
○○○○○○○○○
32. Lurah
: Tenang! Tenang! Coba ceritakan dengan jelas.
33. Wongsokariyo
: Edan! Orang itu bisa saya bunuh sendiri. Orang itu bisa saya
bunuh sendiri, edan!
34. Lurah
: Sabar! Sabar! Sabar! Kang! Ada apa?
35. Wongsokariyo
: Anu, Pak Lurah, saya t
elah membunuh orang. Eah ... anu
saya telah membunuh maling itu.
Dari A. Rumadi (ed.),
Kumpulan Drama Remaja
“Maling”
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan penggalan tersebut!
a. Siapakah yang terlibat dalam sebuah konflik dalam dialog tersebut?
b. Pokok persoalan manakah yang dipertikaikan pada penggalan tersebut?
Rangkuman
1. Pementasan drama selalu menyuguhkan lakon dan seni pertunjukan sekaligus.
Padanya tersirat adanya pokok permasalahan dan amanat yang disampaikan kepada
penonton.
2. Pementasan drama hanya terlaksana jika ada produser, sutradara, pemain, kru,
kemauan untuk mementaskannya. Sebelum pertunjukan dilaksanakan, latihan dan
latihan harus dilakukan secara teratur. Bermain drama adalah keterampilan. Tanpa
latihan, betapa pun hebatnya, seseorang tidak akan memiliki keterampilan.
3. Hikayat dan cerpen tidak hanya memiliki persamaan, tetapi juga perbedaan.
Keduanya adalah cerita fiktif. Unsur-unsur intrinsiknya sama, hanya saja
penyajiannya berbeda. Bahasa, kurun waktu penciptaan, setting, sifat cerita, dan
lain-lain berbeda.
4. Cerpen bersifat fiktif. Walaupun begitu, pelaku, watak, alur, seting, permasalahan
yang dihadapi harus rasional dan logis. Menulis cerpen berarti mengisahkan pelaku,
watak, dalam alur dan seting yang bersifat fiktif. Namun, harus rasinal dan logis.
5. Komponen naskah drama mencakup judul, penulis, daftar pelaku, keterangan
setting, keterangan laku, dan dialog. Adakalanya drama disusun dalam beberapa
babak dan beberapa adegan.
6. Dalam drama terdapat tema, alur, pelaku, dan latar. Semuanya disajikan melalui
konflik dalam wujud dialog di antara pelaku-pelakunya. Maka ada pelaku
protagonis,
antagonis
, dan
tritagonis
. Dialog dalam drama memiliki fungsi (1) mengemukakan
persoalan, (2) menegaskan watak pelaku-pelakunya, (3) mendorong plot bergerak
maju, dan (4) membuka fakta. Latar yang umumnya menyangkut tempat dan waktu,
selain memberi warna pada alur, juga memperkuat perwatakan.
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Cerpen, Hikayat, dan Drama
255
Evaluasi
1. Jelaskan perbedaan hikayat dengan cerpen ditinjau dari bahasanya!
2. Sebutkan siapa saja yang terlibat dalam pementasan sebuah drama!
3. Jelaskan fungsi dialog dalam drama!
4. Perhatikan petikan drama Syeh Siti Jenar berikut! Kemudian jawablah pertanyaan yang
berada di bawahnya!
Baju putih kecipratan darah
(
Syeh Siti Jenar dan Sultan Demak, Raden Patah, berada di balai agung keraton, menanti
pahlawan pulang perang dari palagan Pengging
).
Teriakan Khalayak : “P
ahlawan jubah putih kecipratan darah, wahai. Hidup pahlawan.
Hidup pahlawan. Mampus pemberontak.”
Gong
Sultan
: “Prajurit Wirobrojo pulang dari medan palagan Pengging.
Kemenangan. Kemenangan. Kejayaan.”
Teriakan
: “Hidup, Sunan Kudus, sang pahlawan. Mampus Kebo Kenongo, sang
pemberontak.”
(Sunan Kudus muncul, berpelukan dengan sultan.)
Siti Jenar
: (
Teriak
) “Wahai, Sunan Kudus yang tiada kudus, pahlawan jubah
putih, wahai. Jubah putih kecipratan darah, wahai alangkah indah,
wahai.”
(Vredi Kastam Marta, “Syeh Siti Jenar,” dalam Taufiq Ismail dkk, 2002)
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan penggalan tersebut!
a. Siapakah yang dianggap pahlawan dan siapakah yang dianggap pengkhianat dalam
penggalan tersebut?
b. Bagaimana pandangan Syeh Siti Jenar terhadap Sunan Kudus?
5. Perhatikan penggalan hasil penilaian Ilham Khoiri atas pementasan naskah drama
“Kunjungan Cinta” berikut!
Teater Koma masih menerapkan pakem lama untuk lakon
Kunjungan Cinta
. Kisah
yang mengetengahkan tarik-menarik antara cinta, dendam, moralitas, dan hasrat ekonomi
disampaikan dengan alur yang sederhana, rapi, gampang dicerna, dan asyik ditonton.
Akting sejumlah pemain pun cukup matang.
Agak berbeda dengan kebiasaannya berimprovisasi dalam monolog, Butet terbilang
taat pada naskah dalam lakon ini. Dia mengontrol ucapan dan gestur demi membangun
perwatakan tokoh Ilak yang awalnya percaya diri dengan dukungan warga, lantas pasrah
ditelikung keadaan. (
Kompas
, 14 Januari 2007)
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan penggalan tersebut!
a. Apa kelebihan
Kunjungan Cinta
menurut penggalan tersebut?
b. Apa kelebihan Butet Kartarajasa dalam pementasan
Kunjungan Cinta
?
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
256
Refleksi
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.